Pondok Pesantren An Najwa Pandansari, Purwoasri, Kediri
Pondok Pesantren An-Najwa Pandansari
Minggu, 11 September 2016
FADHILAH BERQURBAN
FADHILAH BERQURBAN
Selain ibadah haji, pada bulan Dzulhijjah umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Lantunan takbir beriringan menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam. Pada hari itu, kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk menyembelih binatang Qurban bagi yang mampu. Anjuran berkurban ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail.
Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji oleh Allah untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Allah ta’ala atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Allah tetap dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Kisah mengharukan ini diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat 102-109.
Bila untuk Nabi Ibrahim Allah ta’ala mengujinya dengan meminta anaknya. Dari kita Allah Subhanahu wata’ala hanya meminta agar untuk mengorbankan kambing, sapi, unta dan hewan ternak lainnya. Alangkah malunya kita kepada Bapak para nabi yang bersedia mengorbankan anaknya untuk mentaati Allah, sedangkan kita enggan sekedar menyisihkan sedikit rezeki sebagai bukti ketaatan kita kepadaNya. Padahal segala karunia yang kita miliki adalah pemberian dariNya, MilikNya dan pasti akan dikembalikan kepadaNya jua. Hanya saja pilihan ada ditangan kita, apakah segala nikmat berupa rezeki ini akan kita kembalikan kepada Allah dengan suka rela dalam wujud ketaatan, atau kita menunggu “diambil paksa’ OlehNya.
Semoga kita diberi kemudahan untuk melaksanakan syariat yang mulia ini, yakni berkurban, untuk mendekat kepada Allah ta’ala.
Fadhilah Berkurban
Ibadah Qurban mempunyai banyak keutamaan sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits-hadits nabawi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ampunan dari Allah.
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda kepada anaknya, Fatimah :“Ya Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah : Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Swt, Rabb alam semesta.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi)
2. Sarana mendapatkan keridhaan dari Allah dan tanda keislamannya.
Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman : "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS:Al Hajj:37)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda : “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
3. Amalan yang paling dicintai Allah pada hari Raya Idul Adha.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah.” (QS. Al Kautsar : 2)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar diatas menguraikan : “AllahSubhanahu wata’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah, baik sangka, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada janji, perintah, serta keutamaan dari-Nya.”
Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat…”
Dan disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai Allah dari bani Adam ketika hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan kurban.” (HR. Tirmidzi dan hakim)
4. Hewan kurban akan menjadi saksi di hari kiamat.
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya hewan kurban itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk,bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban telah terletak disuatu tempat disisi Allah sebelum mengalir ditanah. Karena itu, bahagiakan dirimu dengannya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan hakim)
5. Mendapatkan pahala yang besar.
Banyaknya pahala yang akan diperoleh pelakunya dari ibadah ini diumpamakan seperti banyaknya bulu dari binatang yang disembelih. Ini merupakan gambaran tentang betapa besarnya pahala dari berqurban, sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallamdalam sebuah hadits. "Pada tiap-tiap lembar bulunya itu akan memperoleh (pahala) satu kebaikan." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
6. Qurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.”(HR. Ibn Majah dan Tirmidzi)
Hikmah Qurban
Adapun mengenai hikmah yang terkandung dari pensyariatan ibadah Qurban ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
· Berkurban adalah sarana untuk menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim yang taat dan tegar melaksanakan Qurban atas perintah Allah ta’ala meskipun harus kehilangan putra satu-satunya yang didambakan.
· Menegakkan syiar Dinul Islam dengan merayakan Iedul Adha secara bersamaan dan saling tolong menolong dalam kebaikan. RasulullahShalallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Hari-hari tasyrik adalah hari-hari makan, minum dan dzikir kepada Allah Azza wajalla.” (HR: Muslim)
· Bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala atas nikmat-nikmatNya, maka mengalirkan darah binatang Qurban ini termasuk wujud syukur dan ketaatan dengan satu bentuk taqarrub yang khusus. “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Ilahmu ialah Ilah Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (Al-Hajj: 34).
Demikian sekelumit pembahasan tentang fadhilah ibadah Qurban, Meskipun sederhana, semoga tetap bisa memberikan motivasi kepada kita, untuk bersemangat melakukan ibadah yang mulia ini. Dan nantikan pembahasan diedisi selanjutnya mengenai hukum seputar udhiyah atau qurban. Semoga Allah memberikan kemudahan atas segala urusan dan kekuatan kepada kita untuk senantiasa beramal shalih.
***
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Thans for reading FADHILAH BERQURBAN
Kamis, 23 Juni 2016
Fadhilah malam lailatul qadar.
7 Keistimewaan Lailatul Qadar
Setiap
muslim pasti menginginkan malam penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam
ini hanya dijumpai setahun sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun
tentu lebih mudah mendapatkan kemuliaan malam tersebut karena ibadahnya
rutin dibanding dengan orang yang beribadah jarang-jarang.
Edisi kali ini kita akan melihat keistimewaan Lailatul Qadar yang begitu utama dari malam lainnya.
1- Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur’an
Ibnu ‘Abbas dan selainnya mengatakan, “Allah menurunkan Al Qur’an secara utuh sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama 23 tahun.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 403). Ini sudah menunjukkan keistimewaan Lailatul Qadar.
2- Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan
Allah Ta’ala berfirman,
3- Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan.
Allah Ta’ala berfirman,
4- Malaikat dan juga Ar Ruuh -yaitu malaikat Jibril- turun pada Lailatul Qadar.
Keistimewaan Lailatul Qadar ditandai pula dengan turunnya malaikat. Allah Ta’ala berfirman,
Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-. Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407)
Malaikat Jibril disebut “Ar Ruuh” dan dispesialkan dalam ayat karena menunjukkan kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.
5- Lailatul Qadar disifati dengan ‘salaam’
Yang dimaksud ‘salaam’ dalam ayat,
6- Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir tahunan
Allah Ta’ala berfirman,
Namun perlu dicatat -sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim (8: 57)– bahwa catatan takdir tahunan tersebut tentu saja didahului oleh ilmu dan penulisan Allah. Takdir ini nantinya akan ditampakkan pada malikat dan ia akan mengetahui yang akan terjadi, lalu ia akan melakukan tugas yang diperintahkan untuknya.
7- Dosa setiap orang yang menghidupkan malam ‘Lailatul Qadar’ akan diampuni oleh Allah
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’. (Lihat Fathul Bari, 4: 251)[1]
Artikel yang perlu juga dibaca:
1. Menantikan Malam 1000 bulan
2. Tanda Malam ‘Lailatul Qadar’
@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunung Kidul, 19 Ramadhan 1433 H
www.rumaysho.com
1- Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur’an
Ibnu ‘Abbas dan selainnya mengatakan, “Allah menurunkan Al Qur’an secara utuh sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama 23 tahun.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 403). Ini sudah menunjukkan keistimewaan Lailatul Qadar.
2- Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan
Allah Ta’ala berfirman,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al
Qadar: 3). An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik
dari amalan di 1000 bulan.” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341).
Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada
lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak
terdapat lailatul qadar. (Zaadul Masiir, 9: 191). Ini sungguh keutamaan
Lailatul Qadar yang luar biasa.3- Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”
(QS. Ad Dukhon: 3). Malam penuh berkah ini adalah malam ‘lailatul
qadar’ dan ini sudah menunjukkan keistimewaan malam tersebut, apalagi
dirinci dengan point-point selanjutnya.4- Malaikat dan juga Ar Ruuh -yaitu malaikat Jibril- turun pada Lailatul Qadar.
Keistimewaan Lailatul Qadar ditandai pula dengan turunnya malaikat. Allah Ta’ala berfirman,
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril” (QS. Al Qadar: 4)Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-. Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407)
Malaikat Jibril disebut “Ar Ruuh” dan dispesialkan dalam ayat karena menunjukkan kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.
5- Lailatul Qadar disifati dengan ‘salaam’
Yang dimaksud ‘salaam’ dalam ayat,
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS.
Al Qadr: 5) yaitu malam tersebut penuh keselamatan di mana setan tidak
dapat berbuat apa-apa di malam tersebut baik berbuat jelek atau
mengganggu yang lain. Demikianlah kata Mujahid (Lihat Tafsir Al Qur’an
Al ‘Azhim, 14: 407). Juga dapat berarti bahwa malam tersebut, banyak
yang selamat dari hukuman dan siksa karena mereka melakukan ketaatan
pada Allah (pada malam tersebut). Sungguh hal ini menunjukkan keutamaan
luar biasa dari Lailatul Qadar.6- Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir tahunan
Allah Ta’ala berfirman,
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”
(QS. Ad Dukhan: 4). Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya (12: 334-335)
menerangkan bahwa pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh
mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan
rizki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun.
Demikian diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Abu Malik, Mujahid, Adh Dhohak
dan ulama salaf lainnya.Namun perlu dicatat -sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim (8: 57)– bahwa catatan takdir tahunan tersebut tentu saja didahului oleh ilmu dan penulisan Allah. Takdir ini nantinya akan ditampakkan pada malikat dan ia akan mengetahui yang akan terjadi, lalu ia akan melakukan tugas yang diperintahkan untuknya.
7- Dosa setiap orang yang menghidupkan malam ‘Lailatul Qadar’ akan diampuni oleh Allah
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena
iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu
akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’. (Lihat Fathul Bari, 4: 251)[1]
Ya Allah, mudahkanlah kami meraih keistimewaan
Lailatul Qadar dengan bisa mengisi hari-hari terakhir kami di bulan
Ramadhan dengan amalan sholih.
Aamin Yaa Mujibas Saa-ilin.
Artikel yang perlu juga dibaca:
1. Menantikan Malam 1000 bulan
2. Tanda Malam ‘Lailatul Qadar’
@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunung Kidul, 19 Ramadhan 1433 H
www.rumaysho.com
Sumber: https://rumaysho.com/2729-7-keistimewaan-lailatul-qadar.html
Sabtu, 28 Mei 2016
"KEUTAMAAN BULAN SUCI RAMADHAN"
Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dinanti – nanti. bagi orang – orang mukmin, kepergian bulan Ramadhan
jauh lebih disesalkan daripada kepulangan seorang tamu mulia yang
berlalu pergi. Tak heran bilamana para salaf dahulu berdoa jauh – jauh
hari sebelum Ramadhan datang :
" Yaa Allah, pertemukanlah aku dengan Ramadhan, dan pertemukanlah Ramadhan denganku, dan jadikan amal ibadahku pada bulan mulia itu diterima disisi Mu "
sekilas kita bertanya – tanya, " apa sih keutamaan bulan Ramadhan dibandingkan bulan – bulan yang lain ? " dalam postingan kali ini, akan kami sebutkan sedikitnya sepuluh keutamaan bulan Ramadhan,
meskipun sebenarnya banyak sekali keutamaan bulan yang mulia ini yang
telah disebutkan oleh para ulama. Yang kami harapkan bisa bermanfaat
bagi kita semua.
Allah ta’ala berfirman :
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan ) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda ( antara yang hak dan yang bathil ) “ ( Al Baqarah : 185 )
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata ( Allah
ta’ala memuji bulan bulan Puasa diantara bulan – bulan lainnya, dengan
memilih bulan tersebut ( sebagai waktu ) diturunkannya Al Qur’an ) lihat
Tafsir Ibnu Katsir 1 / 282
“ karena itu,
Barangsiapa di antara kamu hadir ( di negeri tempat tinggalnya ) di
bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa
sakit atau dalam perjalanan ( lalu ia berbuka ), Maka ( wajiblah
baginya berpuasa ), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur “ ( Al Baqarah : 185 )
Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah berkata ( dalam ayat yang mulia ini Allah menyebutkan 2 keutamaan bulan Ramadhan: ……………. Yang kedua adalah dengan diwajibkannya puasa Ramadhan atas umat ini, sebagaimana firman Allah “ karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir ( di negeri tempat tinggalnya ) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, “ ) lihat ithaaful Iman bi Duruus Syahri Ramadhan hal. 15
3 – Pintu Langit Dibuka Sedangkan Pintu – Pintu Neraka Ditutup
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب السماء و غلقت أبواب جهنم و سلسلت الشياطين
“ apabila telah datang bulan Ramadhan, pintu – pintu langit dibuka, sedangkan pintu – pintu neraka akan ditutup, dan setan dibelenggu “ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )
4 – Diampuninya Dosa – Dosa Di Bulan Itu
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
من صام رمضان إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه
“ barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa – dosanya yang telah lalu “ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )
Dalam hadits lain beliau bersabda :
رغم أنف رجل دخل عليه رمضان ثم انسلخ قبل أن يغفر له
“ celakalah seseorang, ia memasuki bulan Ramadhan kemudian melaluinya sedangkan dosanya belum diampuni “ ( diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad )
5 – Dilipat Gandakan Pahala Pada Bulan Ramadhan
Rasulullah shallallah alaihi wa sallam bersabda :
عمرة في رمضان تعدل حجة
“ pahala umrah pada bulan Ramadhan menyamai pahala ibadah haji “ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ), Dalam riwayat Muslim disebutkan “……..menyamai pahala ibadah haji bersamaku “
Ibnu Rajab rahimahullah berkata ( Abu Bakr bin Abi Maryam menyebutkan bahwa banyak guru – gurunya yang berkata : apabila telah dating bulan Ramadhan maka perbanyaklah berinfaq, karena infaq pada bulan Ramadhan dilipat gandakan bagaikan infaq fi sabilillah, dan tasbih pada bulan Ramadhan lebih utama daripada tasbih di bulan yang lain )
6 – Lailatul Qadr Ada Di Bulan Ramadhan
Lailatul Qadr ( malam kemuliaan ) adalah suatu malam yang ada pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, yang mana malam tersebut memiliki banyak sekali barakah dan kemuliaan, bahkan satu malam tersebut lebih baik dari seribu bulan.
“ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar “ ( Al Qadr : 1-5 )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إن هذا الشهر قد حضركم و فيه ليلة خير من ألف شهر من حرمها فقد حرم الخير كله
“ sesungguhnya bulan (Ramadhan) telah dating kepada kalian, di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan, barang siapa yang tidak mendapatinya maka ia telah kehilangan banyak sekali kebaikan “ ( diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al Mundziry )
7 – Disyareatkannya I’tikaf Di Bulan Ramadhan
“ Dihalalkan
bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka
sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, supaya mereka bertakwa “ ( Al Baqarah : 187 )
Anas radhiallahu anhu berkata :
“ adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan, sampai beliau wafat, kemudian istri – istri beliau pun beri’tikaf setelahnya “ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )
8 – Puasa Ramadhan Salah Satu Sebab Masuk Surga
Pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ada dua orang dari bani Qudha’ah yang masuk islam, kemudian salah seorang dari mereka mati syahid, sementara yang satunya wafat setahun kemudian, salah seorang sahabat bernama Thalhah bin Ubaidillah radhiallahu anhu berkata : aku bermimpi melihat surga, lalu aku melihat orang yang wafat setahun kemudian tersebut masuk surga sebelum orang yang mati syahid, akupun terheran – heran, maka tatkala pagi hari aku memberitahu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliaupun bersabda :
أليس قد صام بعده رمضان و صلى ستة آلاف أو كذا و كذا رعكة صلاة سنة
“ bukankah setelah itu ( dalam waktu setahun ) ia berpuasa Ramadhan shalat enam ribu rakaat atau shalat sunnah beberapa rakaat ? “ ( diriwayatkan oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Albani )
9 – Bulan Ramadhan Bulan Ibadah Dan Amal Kebaikan
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda :
من قام رمضان إيمانا و احتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“ barangsiapa yang berdiri shalat pada bulan Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa – dosanya yang telah lalu “ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )
Inilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, apabila telah memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarung beliau, menghidupkan malam Ramadhan, dan membangunkan keluarganya.
Inilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi apabila datang bulan Ramadhan.
10 – Bulan Ramadhan Adalah Bulan Penuh Berkah, Rahmat, Dan Mustajabnya Doa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
أتاكم رمضان شهر مبارك
“ telah datang kepada kalian bulan Ramadhan bulan penuh berkah ….. “ ( diriwayatkan oleh An Nasai dan dishahihkan oleh Albani )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب الرحمة و غلقت أبواب جهنم و سلسلت الشياطين
“ apabila telah masuk bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu – pintu rahmat, sedangkan pintu – pintu neraka jahannam ditutup, dan setanpun dibelenggu “ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan ini adalah lafadz Muslim )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إن لكل مسلم في كل يوم و ليلة – يعني في رمضان – دعوة مستجابة
“ sesungguhnya setiap muslim pada tiap siang dan malam hari – pada bulanRamadhan– memiliki doa yang mustajab “ ( diriwayatkan oleh Al Bazzar dan dishahihkan oleh Albani )
Demikian sedikit keutamaan Ramadhan yang bisa kami sajikan. Semoga Allah memudahkan menerima amal ibadah kita di mulia ini. Aamiin…
Kamis, 12 Mei 2016
Hikmah Dibalik Peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW.
Hikmah Dibalik Peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW
dakwatuna.com – “Maha
suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.”(QS. Al-Isra’: 1)
“Dan
Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang
asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada
surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak
berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan)
Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)
Pada
suatu malam yang dingin tanggal 27 Rajab, tepatnya 10 tahun setelah
Rasulullah SAW menerima wahyu kenabian, Allah SWT. memberangkatkan
hamba-Nya yang terkasih-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
kemudian naik ke langit ke-7 menuju Sidratul Muntaha. Semuanya tentu
tahu tentang peristiwa tersebut karena setiap tahunnya umat muslim di
Indonesia memperingatinya. Tapi adakah di antara mereka yang mengetahui
peristiwa tersebut kemudian memahami ‘kenapa Allah memberangkatkan
seorang hamba-Nya yang bernama Muhammad SAW itu?’
Dan
dalam tulisan berikut ini kita akan membahasnya secara singkat tentang
hikmah di balik Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah saw. Kenapa kita
harus membahasnya? Ada dua tujuan; Pertama, kita semua sepakat dan
meyakini bahwa setiap kejadian dan peristiwa pasti ada hikmah yang
terkandung tentunya bagi orang-orang yang berakal, kedua, dalam
pembahasan ini diharapkan setelah membaca tulisan ini dapat meningkatkan
keimanan kita kepada Allah SWT yang begitu besar kekuasaan-Na. Berikut
hikmah yang dapat saya rangkum dari buku Sirah Nabawiyah.
1. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan yang nyata, bukan perjalanan ruhani/mimpi atau khayalan.
Sungguh
tak bisa dibayangkan apabila perjalanan Isra’ Mi’raj yang Rasulullah
jalankan merupakan hanya perjalanan ruhani alias hanya mimpi, karena
jika hal itu yang terjadi maka perjalanan Isra’ Mi’raj tidak ada bedanya
dengan wahyu-wahyu yang Rasulullah terima baik melalui bisikan Jibril
maupun dari mimpi. Sehingga peristiwa Isra’ Mi’raj tidak bisa dijadikan
pembuktian keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sepulangnya Rasulullah
dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj-nya, beliau mengumumkan tentang apa
yang telah dialaminya semalam kepada kaumnya. Dan sebagaimana yang
diceritakan oleh Rasulullah bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut
sebuah perjalanan yang dilakukannya dengan jiwa dan ruhnya, maka
seketika itu banyak dari kaum Quraisy yang menentang dan mencemoohnya
dengan sebutan ‘gila’. Kaumnya beranggapan mana mungkin perjalanan dari
Masjidil Haram yang di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di negeri Syam (Palestina)
hanya dengan waktu semalaman, padahal mereka jika hendak ke negeri Syam
untuk berdagang membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya. Tak pelak
peristiwa Isra’ Mi’raj yang menurut mereka tidak masuk akal membuat
beberapa orang yang baru masuk Islam tergoyahkan keimanannya dan kembali
menjadi murtad.
2. Isra’ Mi’raj adalah
jamuan kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari apa
yang dialami Rasulullah SAW ketika berada di Thaif yang mendapatkan
penghinaan, penolakan dan pengusiran.
Sebelum
peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi, Rasulullah SAW terus mengalami ujian
yang sangat berat. Mulai dari embargo ekonomi hingga dikucilkan dari
kehidupan sosial yang dilakukan oleh Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim
dan Bani Muthalib, kemudian cobaan yang sangat berat diterima oleh
Rasulullah SAW adalah meninggalnya orang-orang yang terkasihinya dalam
waktu yang berdekatan yaitu meninggalnya pamannya Abu Thalib bin Abdul
Muthalib serta istrinya tercinta Khadijah yang selalu menemaninya dan
mendukungnya dengan jiwa, raga dan hartanya dalam perjalanan dakwah
Rasulullah. Lalu hingga pengusiran, penolakan dan penghinaan kepada apa
yang Rasulullah dakwahkan kepada penduduk kota Thaif.
3. Isra’
bukanlah peristiwa yang sederhana. Tetapi peristiwa yang menampakkan
ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang paling besar.
Sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam surat Al-Isra’: 1 dan An-Najm: 13-18 bahwa
peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan pembuktian dan menampakkan tentang
tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling besar. Peristiwa Isra’ Mi’raj
mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak bisa Allah lakukan,
dan hal tersebut terkadang masih saja di antara kita yang meragukan
tentang kekuasaan Allah yang sangatlah besar, sehingga membuat kita
menjadi ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.
4. Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah bersifat universal.
Perjalanan
Isra’ dari Masjidil Haram yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada
di Syam melintasi ribuan kilometer yang jauh dari Mekah tempat
Rasulullah dilahirkan, hal ini Allah ingin membuktikan bahwa ajaran yang
Rasulullah bawa bukan hanya untuk penduduk Mekah saja tetapi untuk
seluruh wilayah yang ada di bumi ini. Setibanya Rasulullah SAW di
Masjidil Aqsha, beliau memimpin shalat para Nabi dan Rasul-Rasul Allah.
Hal tersebut menandakan bahwa baginda Rasulullah SAW merupakan pemimpin
dan penghulu para Nabi dan Rasul yang telah Allah turunkan sebelumnya.
Dan agama Islam
beserta syariatnya yang Rasulullah bawa menjadi ajaran dan syariat yang
berlaku untuk seluruh kaum dan umat manusia di seluruh dunia.
5. Dalam Isra’ Mi’raj diturunkannya perintah shalat wajib 5 kali dalam sehari.
Ketika
Rasulullah sampai di Sidratul Muntaha dan menghadap kepada Allah, lalu
Allah menurunkan syariat shalat 5 waktu kepada Rasulullah SAW dan kepada
para umatnya. Dan perintah shalat yang Rasulullah terima menjadi
perintah yang Rasulullah pegang erat dan Rasulullah teguhkan kepada
umatnya agar jangan sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah shalat
menjadi kunci utama diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya
hingga sampai Rasulullah mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya
Rasulullah saw.
Demikianlah peristiwa
Isra’ Mi’raj ini Allah SWT memperjalankannya kepada baginda Rasulullah
SAW, hal tersebut sesungguhnya untuk dapat diketahui oleh orang-orang
yang beriman dan berakal. Semoga ini menjadi hikmah yang besar buat kita
semua.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/18/21114/hikmah-dibalik-peristiwa-isra-miraj-rasulullah-saw/#ixzz48U1pVZ3V
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Rabu, 27 April 2016
Pentingnya membaca dan mentadabburi Al-Qur'an
Pentingnya membaca dan Tadabbur Al-Qur’an
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيْراً
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS :al-Isra’ :9).إِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَأَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ.لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ.
“Sesungguhnya orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka karunia-Nya, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha mensyukuri.” (QS :Fathir : 29-30).Al-Qur’an adalah Hidayah (petunjuk)
Membaca al-Qur’an, mentadabburi serta mengamalkannya merupakan amalan rutin seorang mukmin, sifat para wali Allah subhanahu wata’ala
dan juga salahsatu diantara penyebab hidayah bagi hamba-hamba-Nya.
Tidak mentadabburi dan tidak pula mengamalkannya ini merupakan salah
satu sifat orang-orang yang bermaksiat serta orang yang berpaling dari
syari’at Allah subhanahu wata’ala, juga merupakan penyebab tersesatnya seseorang, Allah subhanahu wata’ala berfirman mengingkari perbuatan mereka:
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلىَ قُلُوْبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS:Muhammad:24).أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدثوْا فِيْهِ اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا
“Apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah,tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS:an-Nisa:82).Al-Qur’an adalah penuntun kepada semua kebaikan
Allah subhanahu wata’ala berfirman:قَدْ كَانَتْ آيَاتِيْ تُتْلىَ عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ عَلىَ أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُوْنَ.مُسْتَكْبِرِيْنَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُوْنَ.أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوْااْلقَوْلَ أَمْ جَاءَهُمْ مَالَمْ يَأْتِ آبَاءَهُمُ الْأَوَّلِيْنَ
“Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (al-Qur’an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang. Dengan menyombongkan diri terhadap al-Qur’an dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya diwaktu kamu bercakap-cakap di malam hari. Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu.” (QS :al-Mu’minun :66-68).
Maksudnya yaitu sendainya mereka
memikirkan al-Qur’an maka mereka akan mendapatkan keimanan dan
menghindari mereka dari kekufuran serta kemaksiatan, maka hal ini
menunjukkan bahwa mentadabburi al-Qur’an ini menuntun kepada segala
kebaikan dan menghindarkan kita dari segala kejelekan.
Tidak memperhatikan Al-Qur’an adalah sifat orang kafir
Allah subhanahu wata’ala menegur kaum mukminin agar tidak menyerupai orang kafir yang tidak khusyu’ ketika mendengar Al-Qur’an:أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَكَثِيْرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُوْنَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah subhanahu wata’ala dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS :al-Hadid :16).Mentadabburi Al-Qur’an menambah Iman
Allah subhanahu wata’ala
menyebutkan bahwasanya al-Qur’an ini bisa menambah keimanan seorang
mukmin apabila ia membaca serta mentadabburi ayat-ayat al-Qur’an itu:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيْمَانًا وَعَلىَ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلْوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila nama Allah disebut gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS: al-Anfal :2).
Kemudian Allah subhanahu wata’ala memperingati dengan keras para hambanya jangan sampai mereka berpaling dari al-Qur’an yang mulia ini, Allah subhanahu wata’ala
menyebutkan bahaya berpaling dari al-Qur’an ini serta dosa yang akan
dipikulnya pada hari kiamat kelak akibat berpaling, tidak menerima dan
menjauh dari al-Qur’an ini, Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَقَدْ آتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا ذِكْرًا.مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وِزْرًا.خَالِدِيْنَ فِيْهِ وَسَاءَ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِملاً
“Dan sesungguhnya telah kami berikan kepadamu dari sisi kami suatu peringatan (al-Qur’an). Barangsiapa yang berpaling dari al-Qur’an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa di hari kiamat. Mereka kekal dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat.” (QS :Thaha :99-101).
Maka sepantasnyalah seorang mukmin
menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, membacanya dengan
merenungkan dan mentadabburinya lalu mengamalkan isi kandungannya, Ibnul
Qoyyim-rahimahullah-berkata: ”tidak ada yang lebih besar manfaatnya
bagi hati dari pada membaca al-Qur’an dengan mentadabburi dan
merenungkannya, karena al-Qur’an merupakan kitab suci yang bisa
dijadikan pedoman hidup oleh setiap manusia, dengan membaca dan
mentadabburinya bisa melahirkan al-Mahabbah (cinta kepada Allah),
al-Khauf (rasa takut kepada Allah), ar-Raja’ (berharap hanya kepada
Allah), al-Inabah, tawakkal, ridha dan menerima (takdir Allah), sifat
sabar, syukur serta seluruh perbuatan yang bisa menyebabkan hidupnya
hati dan mencapai kesempurnaannya… Membaca sebuah ayat al-Qur’an
disertai dengan mentadabburi dan merenungkan maknanya jauh lebih baik
dari pada mengkhatamkan al-Qur’an tanpa disertai tadabbur dan pemahaman
akan maknanya. Membaca al-Qur’an dengan memahami makna dan kandungannya
jauh lebih bermanfaat bagi hati serta jauh lebih besar faidahnya dalam
menambah keimanan dan merasakan manisnya al-Qur’an.” (Miftah Daar
as-Sa’adah:I/187).
Orang yang membaca al-Qur’an dengan
memenuhi kriteria yang beliau sebutkan tadi maka al-Qur’an itu akan
memberi manfaat yang begitu besar baginya, dan inilah sebenarnya maksud
dan tujuan diturunkannya al—Qur’an, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata: “Hal yang dituntut dari kita terhadap al-Qur’an ini adalah
memahami maknanya serta mengamalkannya,maka apabila tujuan penghafal
al-Qur’an bukaan hal ini maka dia bukan termasuk ulama” (Majmu’
Fatawa:V/262).
***
dari artikel berjudul:
Haqiqatu Fahmil Qur’an wal ‘Amalu Bihi oleh Syaikh Prof. DR. Abdurrazzaq al-Badr (http://al-badr.net)
Haqiqatu Fahmil Qur’an wal ‘Amalu Bihi oleh Syaikh Prof. DR. Abdurrazzaq al-Badr (http://al-badr.net)
Minggu, 17 April 2016
Kegiatan "HAFLAH AKHIRU SANNAH KE 1" PP. An-Najwa
#Mauidhoh hasanah dari pengasuh(abah Nur Rohman el-mahrus)
#santri dan wali santri
#pemotongan tumpengan
#Kelas 12 Man Purwoasri
#kelas 9 Mtsn Purwoasri
#pembacaan ayat suci Al-Qur'an
#santri dan wali santri
#pemotongan tumpengan
#Kelas 12 Man Purwoasri
#kelas 9 Mtsn Purwoasri
#pembacaan ayat suci Al-Qur'an
Langganan:
Postingan (Atom)